Bahasa Arab masih menduduki tempat dan peran penting hingga era saat ini. Bahasa Arab menjadi salah satu bahasa resmi di PBB karena bahasa ini digunakan oleh banyak penduduk di seluruh negara. Banyaknya penutur bahasa ini dikarenakan bahasa Arab merupakan bahasa ilmu dan agama. Banyak sumber informasi, wawasan dan ilmu pengetahuan yang berasal dari buku-buku yang berbahasa Arab. Selain itu, kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa Agama islam menjadikan bahasa tersebut banyak dipelajari oleh para pemeluk Islam di dunia.

Disisi lain, banyak pakar dari berbagai kalangan mengatakan bahwa bahasa Arab merupakan bahasa yang paling sempurna sistem pengucapan dan penulisannya, paling kokoh gramatikalnya, paling kaya dan luas kosa katanya, paling kapabel untuk memverbalkan pemikiran dan perasaan manusia, dan tidak memiliki masa transisi serta tidak pernah luntur karakteristiknya sepanjang perputaran zaman. Meskipun demikian, sangat disayangkan bahwa tidak semua orang  khususnya generasi muda saat ini mempunyai keinginan dan kesabaran  yang kuat untuk mempelajari, memahami dan menguasa bahasa istimewa ini. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan keinginan, kesabaran dan kesadaran yang kuat akan pentingnya menguasai bahasa internasional ini khusususnya bagi mahasiswa Universitas Negeri Malang, dibentuklah Manabir (Majlisul Munadharah al Arabiyyah) sebagai salah satu sarana atau wadah bagi generasi muda UM untuk mendalami bahasa Arab khususnya bahasa Arab aktif.

             Majlisul Munadharah al Arabiyyah atau biasa disingkat dengan Manabir merupakan salah satu komunitas   independen yang diprakarsai oleh para mahasiswa Jurusan Sastra Arab Universitas Negeri Malang. Cikal bakal terbentuknya komunitas ini bermula dari ketertarikan mahasiswa Jurusan Sastra Arab terhadap ketrampilan berbahasa Arab aktif. Benih-benih gagasan pembentukan komunitas ini sudah ada pada tahun 2009. Dimana saat itu yang menjadi penggerak komunitas ini adalah Dicky Dharma, Syamsi, Cepwanda Efendy beserta rekan-rekannya. Mereka merupakan beberapa diantara al Mutanadziruun atau Debater bahasa Arab yang aktif dan handal pada masa tersebut. Mereka beranggapan bahwa keterampilan berbahasa dapat diperoleh dengan pembiasaan. Pembiasaan itu sendiri wujud pelaksanaannya adalah latihan berulang kali dalam program repetisi yang termasuk dalam unsur-unsur metode.

Nama Manabir baru diresmikan pasca keikutsertaan dan kemenangan Cepwanda Effendy, Nadila Hilda dan Fakhrur Rozi dalam ajang lomba Gebyar Apresiasi Mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta tepatnya pada tahun 2014. Awalnya, Cepwanda mengusulkan nama “Manadhir” sebagai akronim dari Majlisul Munadarah al Arabiyyah. Namun Dr. Kholisin. M.Hum selaku Ketua Jurusan Sastra Arab pada saat itu mengusulkan akronim “Manabir”  jama’ dari kalimah “minbar” dengan rasionaliasasi bahwa setiap perhelatan debat sang Mutanadzir berada di mimbar saat penyampaian argumentasi. Setelah berbagai pertimbangan, akhirnya “Manabir” lah yang disepakati dan diresmikan menjadi akronim dari Majlisul Munadharah al Arabiyyah ini.  Setelah peresmian nama , komunitas ini semakin mengepakkan sayap dan menunjukkan eksistensi melalui sosialisasi program komunitas kepada mahasiswa Universitas  Negeri Malang. Pada akhirnya,  Anggota yang bergabung dalam komunitas ini tidak hanya berasal dari mahasiswa Jurusan Sastra Arab UM saja. Namun, mahasiswa dari seluruh fakultas juga turut berpartisipasi secara aktif dalam komunitas ini.

Sesuai namanya, Majlisul Munadharah al Arabiyyah yang berarti Forum atau Komunitas Debat berbahasa Arab,  Manabir mempuyai arah gerak untuk mengembangkan dan melejitkan kemampuan mahasiswa  berbahasa Arab aktif melalui metode debat. Metode debat diyakini mempunyai banyak kelebihan diantara metode yang lainnya. Diantara kelebihannya adalah dapat melatih mahasiswa mendengar  dan memahami berbagai macam ungkapan bahasa Arab, melatih mahasiswa untuk mengekspresikan gagasannya dalam tema tertentu, menuntut mahasiswa untuk memperluas wawasan keilmuannya, menjadikan mahasiswa mendalami teknik public speaking, mempertajam daya kritis mahasiswa,  melatih mahasiswa untuk bekerjasama dalam menyelesaikan masalah, dan lain sebagainya. Kelebihan-kelebihan metode tersebut diyakini mampu meningkatkan ketrampilan berbahasa Arab aktif mahasiswa. Sebagai bukti, para mahasiswa yang terbiasa debat, mereka akan lebih mudah menguasai teknik berbicara yang lain. Seperti pidato berbahasa Arab , puisi berbahasa Arab, taqdim al qisshoh, presentasi berbahasa Arab, dan lain sebagainya.

Sejak adanya benih gagasan pendirian, anggota manabir sudah menorehkan berbagai macam prestasi. Baik itu tingkat jurusan, universitas, regional, nasional bahkan internasional. Berikut merupakan prestasi-prestasi yang telah diukir oleh para anggota Manabir, seperti Juara I MTQMN tahun 2017 dan Akhi Fakhrur Rozi menjadi Ahsanul Mutakallim di ajang tersebut. Juara III UADC tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh UII Yogyakarta tahun 2018 dan masih banyak lagi ajang perlombaan yang ditorehkan para anggota Manabir.

Sehubungan dengan krusialnya komunitas Manabir,  kami mengajak kepada segenap pihak untuk turut serta menyukseskan agenda serta program yang dicanangkan oleh komunitas ini. Apabila bahasa ada di tangan kita, maka dunia berada genggaman kita. Fi Ayyi Ardhin Nata’allam, bil ‘Arabiyyati Natakallam. Salam Manabir! (Oleh: Nuriyatul Hidayah)