Sebuah ungkapan yang amat indah “bekerjalah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya dan beramalah untuk ahiratmu seolah-olah engkau akan mati esok pagi”.
Jangan sampai ketika beribadah kepada Allah SWT seperti;sholat, justru memikirkan dunia dan jangan sampai ketika sedang bekerja malas-malasan dengan alasan ingat ahirat.
Ketahuilah dunia itu adalah ladang ahirat. Setiap langkah kaki dan gerakan tangan bahkan anggota tubuh akan bernilai ibadah dengan catatan niatnya baik dan baik karena Allah SWT. Sekecil apapun akan dicatat dan kelak akan ditampakkan.
Itu bisa terlaksana jika seseorang memiliki ilmu. Betapa pentingnya ilmu itu sampai-sampai ada makalah yang mebgatakan”barangsiapa ingin duniawi wajib baginya berilmu, barangsiapa ingin uhkrowi wajib baginya berilmu”. Ilmu itu ibarat penerangan dan cahaya agar seseorang tidak tersesat di dalam kegelapan.
Seorang Kyai sering berpesan agar supaya seorang santri/mahasiswa yang belajar ilnu agama memperhatikan etika (toto kromo) terhadap ilmu, guru, orangtua bahkan lingkungan sekitarnya. Bahkan seorang yang sedang mengunduh ilmu harus memulyakan keluarga gurunya.
Ada tiga perkara, jika dilakukan oleh orang sedang belajar ilmu agama atau Al-Quran, maka ilmu itu akan sirna dan hilang.
Pertama: orang sedang belajar agama harus menghindari segala jenis maksiat. Seperti pergaulan antara laki-laki dan wanita. Apalagi sering naik motor boncengan, padahal belum menikah. Siapapun orangnya dan dimanapun tempatnya, orang seperti ini tidak akan mendapatkan cahaya Allah SWT. Ilmu itu cahaya dan cahaya itu tidak akan tembus terhadap orang yang berlumuran maksiat.
Kedua : Orang sedang menuntut ilmu hendaknya menjaga setiap makanan dan minuman yang dikonsumsi. Pastikan semua yang masuk kedalam perut itu halal. Baik prosesnya maupun jenisnya. Jangan sembarangan makan dan minum, karena makanan yang subhat (remang-remang) saja mempengaruhi kecerdasan apalagi jelas-jelas haram. Daging yang tumbuh dari makanan yang haram maka Neraka yang pantas untuknya.
Ketiga :Orang yang sedang belajar ilmu agama itu mesti menjaga pergaulannya. Seringkali ditemukan anak yang cerdas tetapi sulit sekali belajar agama. Ternyata secara tidak langsung pergaulan sehari-hari tidak mendukungnya, bahkan membuat kecerdasannya berkurang dan terus berkurang.
Ilmu itu tidak akan bisa diraih dengan santai-santai tetapi dengan sungguh-sungguh dan kerja keras. Orang yang beljar itu sudah pasti akan menghadapi kesulitan demi kesulitan. Percayalah, setiap kesulitan yang dihadapi selalu Allah SWT berikan jalan keluarnya. Seolah-olah kesulitan menjadi menu wajib bagi orang yang sedang belajar ilmu Allah SWT.
Lihatlah orang-orang sukses dan hebat itu. Mereka dulunya mengalami kesulitan, tantangan hidup tetapi mereka tidak pernah putus asa. Mereka terus belajar dan berdoa setiap saat san waktu. Mereka punya keyakinan yang kuat bahwa dirinya kelak akan sukses menaklukkan dunia ( Abdul Adzim. Malang 31/05/2016).