Malang, 1 Agustus 2024 – Universitas Negeri Malang (UM) terus berkomitmen dalam pengembangan riset studi kasus, terutama dalam bidang pendidikan dan linguistik. Salah satu penelitian terbaru yang menarik perhatian adalah penelitian yang dilakukan oleh Etik Jauharotul Jinani, mahasiswa UM, di bawah bimbingan Dr. Kholisin, M.Hum., dan Muhammad Lukman Arifiyanto, S.S., M.A. Penelitian ini memfokuskan diri pada analisis kesalahan fonologis dalam keterampilan membaca teks Arab oleh siswa kelas VII SMP Islam Sabilurrosyad Malang.

Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan studi kasus ini bertujuan untuk memetakan dan mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan fonem segmental dan suprasegmental yang dialami oleh siswa dalam membaca teks Arab. Dengan menggunakan teknik simak dan catat, penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa terdapat total 111 kasus kesalahan fonologis yang terjadi di antara 26 siswa. Kesalahan ini diklasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu kesalahan fonem segmental dan kesalahan fonem suprasegmental.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan fonem segmental mencakup enam bentuk kesalahan utama, yaitu:

  1. Kesalahan penggantian konsonan (37%)
  2. Kesalahan pengurangan konsonan (19%)
  3. Kesalahan penambahan konsonan (2%)
  4. Kesalahan penggantian vokal (25%)
  5. Kesalahan pengurangan vokal (2%)
  6. Kesalahan penambahan vokal (1%)

Sementara itu, kesalahan fonem suprasegmental oleh siswa mencakup dua bentuk kesalahan, yaitu penyimpangan intonasi (11%) dan penjedaan/waqaf (3%).

Dalam wawancara, Etik Jauharotul Jinani menyampaikan bahwa salah satu tantangan terbesar yang dihadapi siswa adalah membedakan ucapan huruf-huruf yang memiliki tempat artikulasi berdekatan. “Banyak siswa yang kesulitan membedakan huruf seperti ص (sh) dan س (s),” ujar salah satu siswa.

Untuk mengatasi masalah ini, Etik menyarankan beberapa langkah yang dapat diambil oleh pendidik, di antaranya:

  1. Memfokuskan pengajaran pada materi dasar seperti macam-macam konsonan dan vokal beserta sifat-sifatnya serta kepenulisannya dalam berbagai bentuk.
  2. Mengajarkan pelafalan fonem dari tingkat pendidikan paling dasar untuk mencegah kesalahan yang lebih fatal di tingkat pendidikan lanjut.
  3. Memberikan contoh pelafalan fonem Arab yang baik dan benar, mengingat belajar bahasa pada dasarnya merupakan proses peniruan.
  4. Melakukan perbaikan segera jika terjadi kesalahan dan menunjukkan kesalahan tersebut kepada siswa untuk memastikan mereka tidak mengulanginya.

Etik berharap bahwa penelitian ini dapat mendorong pendidik untuk tidak mengabaikan materi terkait fonologi atau ilmu bunyi (ashwat) dalam pengajaran bahasa Arab. “Ashwat merupakan unsur paling utama dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Arab. Jika ashwat tidak dipahami dengan baik, maka keterampilan-keterampilan lain dalam bahasa Arab seperti maharah kalam, maharah qira’ah, maharah kitabah, dan maharah istima’ tidak akan dikuasai dengan sempurna,” tambahnya.

Dengan temuan ini, diharapkan adanya perhatian lebih terhadap pengajaran fonologi di sekolah-sekolah agar kemampuan siswa dalam membaca dan memahami teks Arab dapat meningkat secara signifikan.