Biasanya, orang yang menanam padi di sawah, atau menanam  sayur-sayuran selalu di makan burung, atau ulat. Kebiasaan para petani, mengusir burung-burung yang sedang memakan padi itu. Yang lebih kejam lagi, banyak sekali petani yang meracuun ulat atau burung yang memakan padi tersebut. Padahal, jumlah yang dimakan tidak seberapa jika dibandingkan dengan karunia Allah SWT kepadanya.

Barangkali, yang demikian itu termasuk orang-orang yang sangat pelit. Bisa jadi, mereka termasuk orang yang kufur nikmat Allah SWT, karena tidak mau berbagi kepada mahluk Allah yang bernama burung-burung. Kadangkala seorang petanai mengejar  da.n mengusir ayam yang sedang menikmati  padi yang sedang dikeringkan. Betapa jahatnya orang ini, sampai-sampai ayam dan burung yang ingin menikmati hasilnya harus terusir.

Tidak ada orang yang lebih sayang terhadao hewan, melebihi kasih sayang Rosulullah SAW. Dalam sebuah hadis, Rosulullah SAW bersabda” Tidaklah seseorang muslim itu menanam sesuatu tanaman, tidak pula ia menanam sesuatu tumbuh-tumbuhan, kemudian dari hasil tanamannya itu dimakan oleh burung, ataupun  manusia, atau binatang ataupun,  melainkan itu adalah sebagai sedekah baginya (HR Bukhori).

Rosulullah SAW mengingatkan, bahwa tanaman orang-orang mukmin, berupa padi, sayur-sayuran, jika di makan binatang, seperti burung, ayam, bahkan ulat termasuk akan menjadi sedekah bagi petani. Apa yang di ambil atau dimakan, akana menjadi sedekah bagi petani tersebut, dengan catatan ihlas karena Allah SWT. Sebaliknya, jika hewan itu diusir, atau diracun, maka petani tersebut dosa di hadapan Allah SWT.

Bagi petani yang memiliki tanaman buah-buahan, jangan sekali-kali mengunduh (mengambil) dari pohon dengan paksa, sebelum masanya. Sebagai contoh, ada petani yang mengupas manga atau nanas ketika masih menempel pada pohonnya. Sesungguhnya, yang demikian itu merupakan kedzoliman. Hakekatnya, buah-buahan itu akan merasa sakit atas perbuatan manusia itu.

Tidak seorang muslim pun yang menanam tanaman, kecuali apa yang dimakan hewan-hewan, kecuali menjadi sedekah baginya. Apa yang dicuri seseorang itu juga merupakan sedekah baginya. Allah SWT tidak akan mengurangi pahala tersebut kelak dihadapan Allah SWT.

Allah SWT menjadikan bumi dan isinya untuk manusia. Kewajiban manusia itu mengelola, dan memeliharanya dengan baik dan benar, sesuai dengan apa yang dicontohkan Rosulullah SAW.  Allah SWT berfirman “Bumi ini diletakkan Allah untuk umat manusia, di dalamnya penuh dengan buah-buahan dan korma yang mempunyai kelopak-kelopak, biji-bijian yang mempunyai kulit dan berbau harum. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman (55: 10-13).

Begitu besar nikmat dan karunia Allah SWT kepada manusia, sehingga manusia tidak mampu menghitung nikmat itu. Hanya, sebagian besar manusia itu lupa dan tidak bersyukur atas nikmat-nikmat tersebut. Orang bersyukur itu, orang yang selalu berbagi kepada sesama, dan hatinya tidak pernah berkeluh kesah, juga selalu mengucapkan “Alhamdulillah” setiap saat dan waktu.
Dalam pertanian, Allah SWT benar-benar memberikan yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya. Tidak satupun nikmat yang dicurahkan, kecuali wajib bersyukur kapada-Nya. Jika tidak pandai-pandai bersyukur, maka suatu ketika Allah SWT akan mencabut nikmat itu.

Lihatlah pertanian yang begtu subur makmur, gemah ripah loh jinawe. Tidak satupun tanaman dan tumbuhan, kecuali tumbuh dengan subur dan berbuah. Karena Allah SWT senantiasa mengirimkan air hujan sebagai rahmat bagi alam semesta ini.
Allah SWT berfirman “Dialah zat yang menurunkan air dari langit, maka dengan air itu kami keluarkan tumbuh-tumbuhan dari tiap-tiap sesuatu, maka kami keluarkan daripadanya pohon yang hijau yang daripadanya kami keluarkan biji-bijian yang bersusun-susun.” (al-An’am (6: 99). (Abdul Adzim Irsad, Malang 24/05/2016).